Saya akan memulai opini pribadi ini dengan pernyataan yang eksplisit terlebih dulu, walaupun mungkin sudut pandang atau sisi yang saya ambil sudah cukup jelas dari hal-hal yang saya post di story selama beberapa hari ini dan dari foto profil saya: Saya mendukung Ukraina sepenuhnya dan sangat menentang tindakan Rusia terhadap Ukraina.
Sejujurnya keinginan saya untuk membuat opini pribadi ini baru muncul setelah menyadari bahwa selang beberapa hari setelah Rusia mendeklarasikan perang terhadap Ukraina, pemerintah Indonesia tidak juga mengeluarkan pernyataan resmi apapun yang mengecam perilaku Rusia. Jangan salah paham, bukannya pemerintah kita tidak mengeluarkan pernyataan apapun ya. Ada. Berikut ini pernyataan dari Kemlu di website resmi mereka dan cuitan Pak Jokowi di Twitter.
Saya pikir tadinya pernyataan pemerintah Indonesia akan mewakili pandangan saya sebagai WNI terhadap perang ini. Hmm, ternyata tidak. Memang sih, Indonesia tidak lalu menyetujui invasi Rusia seperti negara macam Myanmar, Kuba, Venezuela, dan beberapa lainnya. Namun, menurut saya, sikap Indonesia atas kasus ini terlalu netral. Sangat berhati-hati. Tidak mau berpihak. Dalam kelima poin yang dicantumkan website Kemlu, nama Rusia bahkan tidak disebut sama sekali. Saya tidak tahu pasti apa alasannya. Pemerintah Indonesia takut dengan Putin? Tidak mau secara eksplisit memihak Ukraina karena… apa? Banyak bisnis Rusia kah di Indonesia? Menurut artikel ini, Indonesia juga memutuskan untuk tidak memberikan sanksi kepada Rusia seperti banyak negara lainnya.
Anyway, walau saya tidak setuju dengan posisi Indonesia di kasus ini, saya hormati keputusan negara. Mungkin berpihaknya Indonesia pada Ukraina akan mempengaruhi keamanan negara kita di kemudian hari? Maka dari itu Indonesia memilih untuk berdiri di tengah-tengah saja? Sekarang ini saya hanya bisa penasaran. Akun Instagram KBRI di Kyiv sampai saat ini (Senin, 28 Februari 2022) bahkan belum update apa-apa. Post terakhir mereka diunggah sehari (atau beberapa jam?) sebelum Rusia mendeklarasikan perang. Post tentang nasi goreng, dalam bahasa Ukraina. Update tentang evakuasi WNI di Ukraina datangnya dari akun Twitter Kemlu. Sementara itu, post terakhir di akun KBRI di Moscow adalah pengucapan selamat dari Indonesia kepada Rusia untuk perayaan Defender of the Fatherland Day mereka yang jatuh pada tanggal 23 Februari. Kata pasangan saya (yang orang Lithuania, negara bekas Uni Soviet juga seperti Ukraina), ini adalah hari raya komunis. Bukannya Indonesia sangat geram dengan komunisme? Saya jadi tambah bingung.
Yang saya (baru) tahu, ada sekelompok orang di Indonesia yang pro-Putin. Berdasarkan analisis teman saya, Radityo Dharmaputra (Peneliti dan Kandidat Doktor Ilmu Politik dari Tartu University, Estonia), salah satu (dua) yang kemungkinan membuat orang-orang ini mendukung Putin adalah: 1) Sentimen anti-AS atau anti-Barat, yang kemudian membuat orang dengan pandangan seperti ini serta merta pro kepada pihak yang berlawanan – dalam hal ini Putin/Rusia – dan menjustifikasi kekejaman yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina dengan dalih ‘menyatukan bangsa’; 2) Pandangan bahwa Putin adalah seorang pemimpin yang tegas dan kuat, tidak lemah atau menye-menye seperti si Ini dan si Itu.
Dua teman saya yang lain juga memberitahu saya bahwa ada beberapa kenalan mereka (WNI yang tinggal di Rusia maupun di Indonesia) yang juga pendukung Putin. Ada dari mereka yang suka dengan Putin karena penolakannya terhadap kaum LGBT. Ada yang karena mereka juga orang-orang yang pro-Cina. Ada yang menganggap Putin sosok bapak negara yang mengayomi rakyat. Ada yang termakan propaganda Rusia yang mengatakan bahwa Ukraina melakukan pembunuhan masal atas kaum separatis di Ukraina Timur. Yang terakhir ini mengingatkan saya pada berita yang samar-samar beredar di Indonesia tahun 2014 lalu setelah Malaysia Airlines MH17 ditembak di atas Ukraina Timur. Rumornya adalah: Ukraina menembak pesawat tersebut karena mengira itu adalah pesawat Rusia, dikarenakan logo Malaysia Airlines di badan pesawat memiliki warna-warna yang sama dengan bendera Rusia. Bisa lihat sekarang, bagaimana mulusnya Rusia bisa mengelabui kita yang nun jauh di Indonesia dengan propagandanya, kalau kita tidak tahu tentang sejarah Uni Soviet atau apa yang sedang terjadi di kawasan Eropa Timur? Berdasarkan hasil investigasi yang dipimpin Belanda (MH17 memiliki rute Amsterdam ke Kuala Lumpur pada saat ditembak jatuh di atas Ukraina, 12 penumpang WNI termasuk korban – dua di antaranya adalah teman gereja kolega saya di kantor!), MH17 dihancurkan menggunakan misil yang baru saja diangkut di hari yang sama dari Rusia dan diluncurkan dari kawasan separatis Ukraina yang pro-Rusia.
Mirisnya, saya pun baru sadar bahwa rumor tentang “Ukraina menembak MH17 karena mengira itu pesawat Rusia” adalah propaganda Rusia setelah menjalani kuliah S2 di jurusan Eastern European & Russian Studies di Vilnius University, Lithuania (2019 – 2021). Dalam salah satu sesi di kelas Security Studies, saya bercerita pada dosen dan teman-teman kampus bahwa inilah berita yang saya dengar di Indonesia pada saat itu. Dosen saya bertanya bagaimana kelanjutan dari informasi tersebut di Indonesia, tapi sayangnya saya tidak tahu dan seingat saya, berita-berita seperti itu biasanya juga ‘fading away’ saja tanpa ada pembahasan berikutnya. Saya khawatir, dengan netralnya posisi Indonesia atas perang yang terjadi, membuka pintu untuk propaganda-propaganda Rusia baru yang bisa sangat menyesatkan. Apalagi rakyat Indonesia, secara kita semua tahu, adalah sasaran empuk berbagai hoax.
Lalu, apakah sekarang kita semua harus ramai-ramai membenci Rusia? Menurut saya, jawabannya adalah ya dan tidak. Saya mulai dengan tidaknya dulu. Tidak – karena kalau ‘membenci Rusia’ di sini diinterpretasikan sebagai membenci semua orang Rusia dan semua hal yang berbau Rusia, tentunya ini terlalu esktrim dan sebenarnya salah kaprah! Banyak orang/penduduk Rusia yang juga menentang Putin. Mereka ini adalah orang-orang yang tidak ingin rezim Putin terus berlanjut. Mereka juga orang-orang yang sudah secara eksplisit mendukung Ukraina dan meminta pemerintah Rusia untuk berhenti menyerang. Mereka kaum pemberani yang juga ikut serta dalam protes invasi Rusia yang berlangsung di banyak negara, bahkan di dalam Rusia sendiri. Saya bangga melihat teman-teman Rusia saya yang juga sudah menunjukkan dukungan penuh untuk Ukraina. Saya tahu mereka ada sisi yang benar – sisi yang membela hak asasi manusia (untuk hidup, untuk merasa aman) dan menjunjung hak kemerdekaan sebuah negara. Tidak ada yang salah dengan Rusia sebagai sebuah grup etnik – sebuah bangsa yang memiliki sastra, seni, dan budaya yang luar biasa kaya dan indah. Yang salah adalah sikap orang yang pro-Putin atau pemerintah Rusia.
Jadi ya, kita sudah seharusnya membenci Rusia sebagai suatu rezim, suatu sistem autokrasi yang merugikan dan menyakiti banyak orang – bahkan banyak warga Rusia sendiri. Mengecam invasi Rusia ke Ukraina adalah sama dengan penghormatan terhadap kemanusiaan. Mengutuk serangan Rusia kepada kota-kota di Ukraina sama dengan tidak menyetujui pembunuhan rakyat sipil (termasuk anak-anak). Jika negara atau rakyat kita mendapat perlakuan seperti yang didapat Ukraina saat ini, kita pun akan ingin orang-orang dari seluruh dunia untuk mendukung kita juga dan mengakui siapa yang salah. Sesimpel itu.
Menunjukkan dukungan bukan berarti harus dengan turun langsung ke lapangan dan ikut perang. Tidak bisa juga kan? Bisa dengan aksi sekecil memberikan donasi semampu dan seikhlas kita melalui organisasi-organisasi resmi yang membantu Ukraina, membeli produk-produk dari negara tersebut, ataupun hanya sekedar menambahkan bendera Ukraina di foto profil kita di media sosial (ya, ini bukan hanya bentuk ikut-ikutan trend ya).
Jika masih belum paham apa yang menjadi konflik antara Rusia dan Ukraina (apalagi kalau sampai berpikir bahwa Ukraina sebaiknya menyerah saja dan bergabung sepenuhnya dengan Rusia), saya sarankan untuk membaca mengenai sejarahnya (plus sejarah Uni Soviet secara umum, dari sejak terbentuk sampai pecahnya di tahun 1991) dan berhati-hati agar tidak menjadi korban propaganda Rusia. Luangkan sedikit waktu untuk ini dan selalu cari sumber yang terpercaya ketika mengonsumsi media. Sekian dulu opini pribadi dari saya. Sementara itu, saya berharap agar warga Ukraina terus diberikan keselamatan dan semoga perang ini akan segera berakhir.
Menurut opini saya Indonesia itu sudah sesuai dengan posisi sebagai negara non blok melihat kecenderungan perang proksi . Selain ada sejarah politik panjang juga dengan Rusia di jaman kemerdekaan.
Opini masyarakat yg tdk menguntungkan rakyat Ukraina juga yang saya amati juga karena adanya dualisme sikap Barat terhadap apa yg dikatakan invasi ini sementara selama ini thd banyak kasus sama tdk mendapat julukan serupa karena sesuai dengan kepentingan Barat. Memang cara berpikir itu sama salahnya namun itu posisi yg tdk menguntungkan sekali lagi.
Tindakan yg tepat bagi Indonesoa adalah berusaha netral dan mengupayakan perdamaian antara kedua pihak bertikai. Lagipula pertanyaannya mengapa Barat dari dulu tidak menjadikan Ukraina sbg buffer country/ negara netral? Melihat posisinya agak krg realistis untuk menjadikannya berpihak kpd blok barat/sbg anggota nato…
Mungkinkah ini adalah perang proksi dari blok Nato untuk mengetes kemampuan persenjataan Rusia dan Ukraina adalah baitnya? Entahlah.
Jadi menurut saya ada sama-sama salahnya. Plg benar adalah spt Turki dan Indonesia, mengusahakan perdamaian gencatan senjata bukan memasok senjata…
LikeLiked by 1 person
Terima kasih sudah berbagi sudut pandangnya!
LikeLike